Tidak seharu dua tahun yang lalu..saat melihat tulisan itu..
"Selamat Datang di Tegal Kota Bahari"
tapi aku tetap bahagia. Aku bahagia bisa kembali ke 'rumah', seandainya masih bisa kusebut demikian.
Mejasem, desa yang dulunya penuh dengan ceria kami, sudah banyak berubah. Tak ada lagi hijaunya hamparan padi. tak ada lagi yang dinanti di malam takbiran nanti. Mungkin hatiku akan menahan rindu yang kuat di malam itu, tapi semoga akal sehatku bisa menetralisir segala rasa, hingga tak ada lagi air mata untuknya. Tak ada lagi kekhawatiran lebaran tanpanya karena aku sudah telanjur biasa tanpanya.
Kalimat terakhirku terdengar seperti kebohongan, sebagai pertahanan. Yah, bisa jadi benar, bisa tidak, karena rasa untuknya sudah terlalu kompleks, sudah undefined. Yang jelas, aku tak mau lagi ditinggalkan, tak mau lagi ditelantarkan. karena aku tidak bersalah. Aku hanya ingin mengejar mimpiku. Demi siapa? Demi diriku sendiri tentunya. Demi keluargaku. Berarti demi dia juga, kan. Yah, kalau dia masih mennganggp kami keluarganya, bagian yang lekat dari hidupnya. Entahlah.
Di kota ini terlalu banyak ingatku tentangnya. Terlalu banyak kenangan yang telah terukir. Di tiap jengkal tanah 'rumah', di tiap kotak ubin 'rumah', di tiap lambaian daun2 di halaman.
Tahun depan, belum ada kepastian apakah aku 'kan kembali kesini. Setengah hati tak ingin kembali, tapi setengah lagi kuat beringin. Karena dari 'rumah' inilah semua ambisiku muncul, semua semangatku terkerah, dan semua cita2ku bermula.
South, aku terlalu rindu suaramu, dan dekapanmu, tapi aku tak kan lagi memaksa untuk bertemu. Seandainya kau memang anggap kami telah menjadi batu, atau kau hanya ingin menemui batu2 nisan kami, aku tak kan protes. Tapi satu hal, South, aku tak ingin melihatmu melukai hati Surga-ku lagi. Aku tak kan pernah menyambutmu hanya untuk melihatmu mengecewakan Surga-ku. Aku hanya ingin Surga-ku bahagia. Jika kau tak bisa, aku, bukan, kamilah yang akan melakukannya. Tanpamu.
No comments:
Post a Comment